PATI I Malam hari di Desa Tlogoayu, Kecamatan Gabus, berubah menjadi suasana hening dan khidmat. Setelah kemeriahan kirab budaya siangnya
Warga berduyun – duyun menuju punden mbah wiru, tempat yang diyakini sebagai situs keramat leluhur Desa.
Di bawah cahaya lampu penerangan seadanya dan langit malam yang bersih, warga duduk beralaskan tikar mengikuti rangkaian istighosah dan ngaji Qotmil Qur’an.
Acara ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian Sedekah Bumi yang digelar, pada Rabu (21/5/2025) malam.
“Ini adalah bentuk permohonan doa kepada Allah SWT, agar desa kami selalu damai, diberi keselamatan, dan hasil panen melimpah,” ungkap tokoh agama setempat yang memimpin jalannya doa.
Punden mbah wiru terletak di tengah pemakaman desa. Meski suasana mistis kental terasa, malam itu justru menghadirkan kedamaian.
Anak – anak duduk tenang di pangkuan orang tuanya, remaja ikut serta dengan penuh khidmat, dan kaum ibu terlihat khusyuk mengaji.
Menurut kepercayaan warga, Mbah wiru adalah leluhur yang membuka Desa Tlogoayu puluhan tahun lalu.
Setiap tahun, sedekah bumi selalu diawali dan diakhiri dengan doa di punden ini sebagai bentuk penghormatan atas spiritualitas kolektif.
“Sedekah bumi tanpa doa di sini seperti kehilangan ruh-nya,” tambah Darsono, S. A.k Kepala Desa Tlogoayu yang turut hadir bersama perangkat Desa.
Tradisi ini menjadi ruang perenungan bagi warga. Di tengah gemerlap hiburan dan hiruk pikuk kehidupan, malam istighosah menjadi momen kembali ke nilai – nilai dasar bersyukur, berdoa serta menjaga silaturahmi.
Acara berlangsung meriah, sehingga diakhiri dengan pembagian air doa dan makanan berkat. Warga pulang membawa ketenangan batin maupun harapan yang disematkan dalam setiap doa kita lantunkan malam itu.(@Gus Kliwir)